Kamis, 12 Agustus 2010

PENGOBATAN SCABIES SECARA ALTERNATIF

Scabies atau kudis adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang menyebabkan dermatitis gatal yang parah. Scabies menyebar dengan mudah melalui kontak langsung, dan bahan-bahan yang ada di kandang seperti pagar, tempat pakan, dan bahan lain yang terkontaminasi bertindak sebagai carrier (Blood et al., 1986). Penyakit ini menimbulkan kerugian akibat penurunan berat badan (Manurung dkk., 1992), penurunan produksi daging, kualitas kulit dan gangguan kesehatan masyarakat (Iskandar, 2000) dan penurunan harga jual kambing sampai 1/3 harga normal (Manurung 1991). Bahkan Manurung dkk (1986) menyebutkan bahwa kambing scabies yang tidak diobati bisa mengalami kematian dalam tiga bulan. Selain kerugian ekonomis tersebut, penyakit ini juga sangat merugikan karena bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak yang mampu menyerang manusia (Blood et al., 1986).


Walaupun sudah tersedia obat standar untuk pengobatan scabies seperti Ivermectin injeksi (Amstutz et al., 1986), kebanyakan petani di Sukaraja tidak mengobati ternak mereka yang terserang scabies. Hal ini disebabkan mahalnya biaya pengobatan disamping sulitnya menjangkau pelayanan kesehatan hewan. Obat-obatan lain yang dianjurkan Direktorat Kesehatan Hewan antara lain caumaphos, benzilikus, dan diazinon. Namun obat-obat tersebut jarang digunakan peternak karena cara pemberian yang sulit dilakukan oleh peternak. Padahal penanggulangan kudis memerlukan pengobatan yang berulang (Manurung dkk, 1992). Beberapa tulisan ilmiah menyebutkan bahwa bahan-bahan alternative seperti campuran oli atau vaselin – belerang dan campuran oli – cuka serta bawang merah mempunyai efektifitas menyembuhkan scabies (Manurung dkk, 1986, Manurung, 1991, Manurung dkk, 1992, Iskandar, 2000).


Penulis telah melakukan penelitian untuk mengoati korengan pada kambing menggunakan bahan tradisional antara lain campuran obat-obatan alternatif seperti oli, belerang, vaselin, cuka dan bawang merah tersebut efektif, praktis serta ekonomis untuk mengobati penyakit scabies pada kambing-kambing di Desa Sukaraja, Lombok Timur dengan hasil sebagai berikut:

Tabel Lengkap UNDUH DISINI

Campuran oli, cuka dan bawang merah mampu membunuh tungau Sarcoptes karena berkaitan dengan pola daur hidup tungau ini. Tungau betina Sarcoptes hidup dengan membuat lubang-lubang dangkal pada lapisan tanduk dari kulit untuk melerakkan telur. Telur tersebut akan menetas menjadi larva yang selanjutnya menjadi nimfa. Larva dan nimfa ini bisa tetap berada di dalam lubang atau keluar ke permukaan kulit. Proses pengelupasan kulit normal juga menyebabkan lubang tungau terekspos. Larva dan nimfa yang ada di dalam lubang tungau ataupun yang ada di permukaan kulit potensial untuk menyebarkan scabies ke hewan lain melalui kontak langsung (Blood et al, 1986). Pemberian campuran oli secara merata pada kulit yang terserang scabies menyebabkan lubang-lubang tungau tertutup yang juga menutup jalur oksigen. Akibatnya tungau, larva maupun nimfa yang ada di dalam tungau mayi kekurangan oksigen. Adapun bawang merah mengandung sulfur (www.asiamaya.com, 2007) yang menurut Amstutz et al (1986), sulfur merupakan salah satu unsur yang efektif untuk mengobati scabies.

Analisis Ekonomi

Perbandingan analisis ekonomi antara penggunaan ivermectin dan bahan-bahan tradisional untuk pengobatan scabies dilakukan sebagai berikut:

Pengobatan dengan ivermectin (perlakuan IV) minimal membutuhkan 2x injeksi dengan biaya masing – masing kurang lebih Rp. 15.000 – Rp. 20.000/ ekor / kali injeksi (termasuk biaya obat dan biaya petugas kesehatan hewan yang akan semakin mahal bila jarak dari lokasi ke Poskeswan semakin jauh). Selang antara injeksi pertama dan kedua adalah 21 hari sehingga waktu yang dibutuhkan sampai kesembuhan total adalah 42 hari dengan total biaya Rp. 30.000 – 40.000/ekor.

Sementara dengan menggunakan bahan-bahan alternative biaya yang dibutuhkan per paket obat yang bisa digunakan selama 1 minggu adalah sebagai berikut:

Perlakuan I (Vaselin belerang 3%) membutuhkan 97 gr vaselin dan 3 gr sulphur dengan harga: Rp. 60/gr untuk vaselin dan Rp. 150/gr untuk sulphur (total = Rp. 6.270).

Perlakuan II (Oli belerang 3%) membutuhkan 97 ml oli dan 3 gr belerang dengan harga: Rp. 10/ml oli (atau gratis bila menggunakan oli bekas) dan Rp. 150/gr belerang (total = Rp. 1420 atau hanya Rp. 450 bila menggunakan oli bekas).

Perlakuan III (Oli Cuka 3% + bawang merah) membutuhkan 97 ml oli + 3 ml cuka dan 5 butir bawang merah dengan harga: Rp. 10/ml oli (atau gratis bila menggunakan oli bekas), Rp. 4/ml cuka dan ± Rp. 250 untuk bawang merah ( total = Rp. 1.332 atau hanya Rp. 362 bila menggunakan oli bekas).

Berdasarkan hasil pengamatan pada ketiga kelompok perlakuan terlihat bahwa perlakuan I mulai menunjukkan kesembuhan pada minggu ke-3 dan dari wawancara petani, mereka menghentikan pengobatan ketika tanda kesembuhan seperti keringnya keropeng dan mulai tumbuh bulu di bekas keropeng mulai tampak. Sementara pada kelompok II dan III tanda kesembuhan bahkan beberapa kambing sudah tertutup bulu pada minggu ke-6 perlakuan.

Perbandingan biaya pengobatan pada semua kelompok untuk menuju kesembuhan adalah sebagai berikut:

Kelompok I = 3 minggu x Rp. 6.270 = Rp. 18.810.

Kelompok II = 6 minggu x Rp. 1420 = Rp. 8.520.

Kelompok III = 6 minggu x Rp. 1.332 = Rp. 7.992.

Kelompok IV = 2 x Rp. 15.000 – Rp. 20.000 = Rp. 30.000 – Rp. 40.000 dalam waktu 3 minggu.

Dari perbandingan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan, tampak bahwa penggunaan bahan-bahan alternative tidak kalah dengan penggunaan obat standar (ivermectin) untuk pengobatan scabies. Kelompok II dan III menunjukkan waktu dua kali lipat untuk mencapai kesembuhan dibandingkan kelompok IV namun dari perbandingan biaya penggunaan bahan II dan III masih merupakan pilihan yang lebih menguntungkan bagi petani terutama petani dengan ekonomi lemah.


Perbaikan manajemen pemeliharaan

Selain dengan pengobatan, tingkat kerugian ekonomi akibat serangan penyakit scabies ini dapat di tekan dengan perbaikan manajemen pemeliharaan ternak antara lain:

1.Memisahkan dan mengobati kambing yang sakit.

2.Mencegah kontak antara kambing yang sakit dengan kambing yang sehat.

3.Menghindari kontak antara hewan yang baru datang atau milik orang lain      yang belum diperiksa kesehatannya.

4.Menjaga kandang tetap bersih dan kering karena penyebab penyakit scabies sangat menyukai tempat yang lembab dan gelap.

5.Memberikan ternak pakan yang bergizi tinggi seperti daun turi dan daun lamtoro karena ternak yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai penyakit.

Bentuk kandang sebaiknya berpanggung sehingga kotoran lebih mudah dibersihkan dan tidak mencemari pakan.



KESIMPULAN

Pengobatan scabies menggunakan ivermectin injeksi terbukti lebih cepat memberikan kesembuhan pada kasus scabies dibandingkan menggunakan obat-obatan alternatif. Namun obat-obatan alternatif juga memberikan efek positif terhadap kesembuhan. Diantara beberapa pengobatan alternatif, campuran bawang merah, oli dan cuka terbukti paling efektif untuk mengobati scabies diikuti dengan campuran oli belerang dan vaselin belerang. Perbaikan sanitasi kandang juga telah dirasakan manfaatnya oleh petani untuk mengurangi munculnya berbagai penyakit lainnya.
 
 
Oleh. Drh. Nurul hilmiati, MVS.

BPTP – NTB (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Mahasiswa S3 pada the University of Queensland, Australia